Selasa, 26 Juli 2011

ADA

Garis itu bermula, sejak titiknya mulai meniti jembatan, dengan kawan titik-titiknya.
Kemudian, garis itu memanjang, tak memperdulikan tekstur bumi, gesturnya bahkan tak tertebak.

Menyelundup mimpi, itulah yang dilakukannya, aku menokohkan diri kembali, karena semua tentangku, ceritamu hanya obyek ku.

Garis itu berhenti. Debu tak tahu, bahkan ia melumpuhkannya, garisnya memudar hingga tiada.

Mengapa harus bertanya? Karena aku serba tidak tahu.

Bibir angin membisikkan sebuah suara, mungkin hanya ilusi, tapi dia ada, begitulah eksistensiku, ada, meski sebenarnya tak ada.

Masih tentang ada dan tiada. Akulah garis itu, halusinasi sesaatmu, tapi ada. Mungkin hanya ilusi-ilusi liar yang tak diundang, tapi aku hadir, karena aku ada.

Kau membatasiku, itulah aku, karena aku batasmu, dan aku ada.

Kau mengungguliku, itulah aku, karena aku kalah, tapi aku ada.

Kau memotong perjalananku, itulah aku, karena aku lemah, tapi aku ada.

Tak perlu bukti nyata, karena aku tak nyata, meskipun aku masih ada.

Ssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssttttttttttttttttt!!!

Diamlah......! denganrkan ini, anggaplah huruf-huruf ini sebagai suara, dia tak nyata tapi tetap ada.

ketika keberadaan bagimu hanya sebatas kenyataan, maka kau telah membatasi dirimu sendiri, sampai-sampai kau tidak mampu mengenal dirimu sendiri, karena ada hal yang tak nyata dalam dirimu, itulah diriku, dan aku ada.

MATAR

Minggu, 24 Juli 2011

SAMA......

Hari ini setelah kemarin, hari ini setelah dua hari yang lalu, hari ini setelah seminggu yang lalu, hari ini setelah sebulan yang lalu, hari ini setelah setahun yang lalu, hari ini setelah sewindu yang lalu, hari ini setelah seabad yang lalu.

Saat ini, saat di mana kemarin sama, namun aku belum menemukanmu, kau di mana?
Saat ini, saat di mana dua hari yang lalu sama, namun aku masih mencarimu, kau ke mana?
Saat ini, saat di mana seminggu yang lalu sama, namun aku kaget tak menjumpaimu, kau kenapa?
Saat ini, saat di mana sebulan yang lalu sama, namun aku masih bersamamu, kau nyata?
Saat ini, saat di mana setahun yang lalu sama, namun aku baru saja menikmati kedekatanku padamu, kau menghapus jarak?
Saat ini, saat di mana sewindu yang lalu sama, namun aku pertama kali melihatmu, kaukah itu?
Saat ini, saat di mana seabad yang lalu sama, namun aku belum ada, kau pun masih tiada, kitakah itu?

Saat ini, selalu sama dengan saat-saat sebelumnya, namun wujud, gravitasi, pancaran aura, energi magnetik, kekuatan indera, spasi, pertemuan batin, perpisahan udara, pelampisan ruang, dan keberadaanmu yang berbeda.

Andai kau ada saat ini, maka saat-saat sebelumnya akan sama, tanpa pengecualian, tanpa "namun".

"ANDAI" aku mampu menghapusnya, maka itu nyata, tak perlu diandaikan, karena jika situasional, menyalahi takdir, aku menafsirkanmu seperti saat ini, masih sama dengan saat-saat sebelumnya, kau tak ada, seperti sebelumnya, kau pun tak ada.

MATAR.........

Jumat, 08 Juli 2011

EKSAKTA URAI

%/ = - #

Hitung......hitung,......
Hitung aku........

cuma satu, untuk apa dihitung?

Satu juga bilangan kan? Kenapa tak dihitung?

Tapi tanpa dihitung pun sudah tahu

Kenapa bisa tahu? Aku ini jumlah

Kau itu tunggal

Kalau begitu uraikan diriku......Aku uraian 0,000000000000000000 sekian kan?

Jumlahkan aku dengan penjumlah 0,000000000000000000 sekian, lebur, rumuskan, hingga kau mendapatkan hasil = 1.

Setiap bilangan punya hak untuk dihitung.

UN / DIS / TIDAK

Jeda semakin tak teratur. Aku sempat melupakan mimpi, aku mengabaikan tujuan. Di sini tempat yang tak filosofis lagi, bukan bermaksud mengumbar aksara-aksara bertabir, hanya ingin membuatmu percaya bahwa sebenarnya aku belum menemukan kata terakhir yang pas untuk mengakhirinya.

Minoritas, itulah kaum jiwaku, mereka hanya segumpal titian yang tak pernah terjamah oleh telapak kakimu. Mereka meneriakkan suara-suara bising setiap saat, menelurkan bibit-bibit ekspektasi berlebih.

Tidak akan mungkin sempurna, hanya mampu berbuat sebanyak-banyaknya. Aku cacat, tak mampu berdiri dengan baik, kau bagaimana?

Prosa-prosa ilusiku hanya tumpukan barang-barang bekas di bawah meja, bermilyar partikel debu menutupi semua huruf-hurufnya. Simbolis, aktivis, dan sedikit filosofis, itu dulu ketika hidupku masih baik-baik saja.

Lihatlah, semua begitu amburadul, tak ada aturan, perusak urutan, pembentuk kecenderungan, cenderung merujuk pada analogi-analogi mati.

Aku muak...................ini bukan teriakan, hanya bisikan, karena kaumku sedang tertidur, aku takut dia terbangun, dan semuanya akan musnah.

Bukan jeda yang membuatku lega, bukan spasi yang membuatku bernafas, bukan jarak yang membuatku merasa lapang. Itu bukan kebutuhan, hanya keinginan.

Aku tak mau berhenti, masih banyak yang yang menunggu di tepi jalan, sampai aku menemukan kata yang tepat untuk mengakhirinya, mungkin namamu.

I LOVE YOU LIKE IRREGULAR VERB

Minggu, 03 Juli 2011

KONSONAN

Bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb

Kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

Kita bagai konsonan yang membutuhkan vokal untuk membentuk sebuah kata.

I LOVE YOU as a structural sentence

Chat Room Bloofers