Kamis, 22 September 2011

NAMAMU, KEASLIAN RASA

Silvika...... nama asli tanpa samaran, nama gundah tanpa bias, nama rindu tanpa selaput. Aku mengenalmu dengan rasa tak peduli. Kau sudah masuk dalam sebagian hati yang akan jadi persembahan. Silvika.... Nama denotatif tanpa konotatif, nama realita tanpa analogi. Aku separuh, bilangan 0,5 yang yang menantimu menggenapkanku menjadi 1. Untuk jejak yang sudah kau anggap hitam, aku meminta maaf tanpa lelah. Aku mengkhianati sebuah aturan, ketika kemungkinan sudah tiada, aku memunculkan kemungkinan sendiri meski hanya sebuah serpihan imajinatif. Ada satu hal yang tidak bisa dikalahkan waktu, ialah dunia apatisme, dan aku apatis soal berapa lama aku harus meminta maaf kepadamu, menyatakan cinta di hadapanmu, mengeruk peluh untukmu, merobek malu buatmu, merepih zaman. Aku seimbang, meski kau tak mengharapkan namaku tertulis di buku besar dunia. Aku baik-baik saja meski kau tak mungkin mengkhawatirkanku. Aku akan mati, kau pun begitu, tapi sejarah selalu hidup. Silvika..... Nama senyumanku, meski kau membuang wajahmu ketika berhadapan dengan namaku Nama dengan jajaran yang tak pernah putus Nama sebentuk titik, berbiak menjadi garis hingga ia hanya akan putus oleh takdir

Rabu, 14 September 2011

DIANDRA 1

5...................4................................3.............................................2..................................1............................. Mari kita mulai, ada beberapa perjanjian yang telah disepakati, juga ada beberapa daftar warisan yang siap diturunkan kepadamu, ini dia 1. Kehidupan secara umum 2. Tentang waktu 3. Hukum gravitasi 4. Fotosintesis 5. Atom 6. Tujuan hidup 7. Konflik dengan kenyataan 8. Komedi 9. Membaca sendiri 10. Keberadaan 11. Kematian 12. Perbedaan 13. Persamaan 14. Sejarah 15. Batas 16. Ukuran 17. Bentuk 18. Bilangan matematis 19. Kecintaan 20. Sistematis logika sudah siap? Kehidupan secara umum berusaha mengecilkan sesuatu yang sangat besar. Ini lebih mudah untuk kau genggam. Anggaplah sebuah kursi itu bisa dilipat, sehingga kau mampu membawanya ke mana-mana, itulah kedudukanmu. Pikiran kita terkadang terlalu besar, terlalu luas, hingga tak ada tempat dan tak cukup waktu untuk menampung dan membahasnya satu per satu. Maka dengan "umum' yang beliau wariskan ini setidaknya kau mampu meraih gambaran besarnya, selebihnya bairkan kenyataan mendewaswakanmu. Jangan merumitkan sesuatu, bairkan ia rumit dengan sendirinya, agar ia lepas, agar ia bebas, agar ia bisa lumrah, lazim, dan biasa dalam persepsimu. Seperti cinta. Cinta itu biasa hanya saja merasakannya sungguh luar biasa. Aku Diandra, sosok yang bertugas menyampaikan warisan ini kepadamu. Ini baru yang pertama, sampai jumpa di urutan ke dua sampai duapuluh nantinya, semoga kita tidak mandek sebelum ia genap.

Minggu, 11 September 2011

SINYAL DIANDRA

Ini aku, Diandra, sosok titipan Matar, sang legenda hidupmu. Aku tahu, kau Gandi firmansyah sang pemuja waktu, sang pecinta Matar. ini aku, Diandra, sosok titipan Matar yang kembali hadir menceritakan kisahnya yang tertunda, banyak hal tentangnya yang masih terdampar di dasar, mati setelah ia benar-benar mati. Ini tentang kematian dan keberadaan kematian, bahwa mati akan hidup dalam dirimu. Hidup dalam waktu yang kau puja dan masih menjadi teka-teki untukmu. Sebelum pesan ini bermakna, biarkanlah kau memaknainya sendiri agar sisi subyektifitasmu mampu mengalahkan objektifitas kenyataan yang kejam. Kau perlu fantasi untuk hidup, untuk menghidupi kehidupanmu. Sebelum pesan ini menjadi sampah, biarlah waktu membuangnya dalam sejarah-sejarah analogi mati. Sebelum kau jatuh cinta pada apapun, peliharalah kecintaanmu padanya, Matar sang legenda hidupmu. Surat ini kutulis sesaat setelah aku mengerti bahwa aku akan mewariskan Matar dalam hatimu, hati yang kau lupakan. Sebelum setelah menjadi kini, aku akan hadir DIANDRA

Rabu, 07 September 2011

DIANDRA

Ini untukmu Diandra, nama yang menjadi separuh ingatanku. Mungkin cuma kemungkinan yang mampu aku persembahkan untuk kenyataan yang masih merupakan masa depan, jika esok masih akan hadir. Aku tak berani memastikan semuanya, bahkan sedetik setelahnya pun masih menjadi rahasia bagiku, kau rahasiaku, rahasia yang masih menjadi rahasia. Bukan angin yang menerbangkanku, bukan pula sayap yang mengepakkan diri untukku, tapi gravitasi menolakku, dia mengabaikanku, bahkan dia rela membangkang, menyalahi hukum kekealannya. Kematian itu hidup, Diandra, dia ada, dan dia berada, dia mampu membunuh, dan dia pasti, tak seperti diriku padamu yang hanya sebatas kemungkinan. Maka, bila kematian itu menjadi cita-cita, janganlah khawatir tak akan meraihnya. Ini untukmu, Diandra, wajah yang masih samar namun sudah sangat lazim dalam sketsa penglihatanku. Deretan bilangan desimal menempatkanmu di urutan tak teridentifikasi, meski aku mampu menghitung dan menulisnya. Kau masih absurd, namun nyata dalam keabsurdannya. Ini untukmu, Diandra, pesan yang selalu hanya tersimpan dalam kotak outboxku, entah ke alamat mana tujuan sebenarnya. Ini dirimu, Diandra, sosok sesederhana kalimat itu tertuliskan dalam catatan-catatan saku yang usang. Ini sejarah, Diandra, di mana kematian tak mampu membunuhnya, dan itulah tempatmu.

PEMULA

Menyimpan pertanyaan tanpa menemui satupun jawaban ternyata mengasyikkan, setidaknya itu bisa menjadi salah satu alasan untuk menyambung hidup. Begitulah aku mempertanyakan pikiranku, pikiran yang aneh. Ketika malam sudah harus berpisah, karena pagi yang masih terlalu muda tengah mengudara, hadir di perjalanan waktu kali ini. Pagi yang masih terlalu muda bukannya masih awam untuk mencerna kehidupan, dia sudah cukup dewasa untuk mengawali hari, sedetik setelah pukaul 00.00 telah musnah setiap harinya. Ada sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh sang pagi yang sudah dewasa bahkan pagi yang tengah menua. Dialah sang pemula, pemula yang betul-betul pemula, memulai segalanya. Kau tahu betapa sulitnya memulai sesuatu? Proses akan mengalir begitu saja, tapi garis start sangat tak semudah membayangkannya. Ada banyak yang merendahkan pemula, mereka yang di dalam anggapan personalnya bahkan telah mendunia dengan sebuah paradigma global bahwa pemula tak punya pengalaman. Lucu, sepertinya pengalaman tak berarti apa-apa bila tidak ada awal, dan pemula lah sang empunya garis start. Seperti menulis diari. “Dear diary” bukan awal yang baik. Bagaimana dengan ”Hari ini aku………….” Ah masih terlalu lazim, semudah itu memulai? Memulai untuk sesuatu yang baik dan membibitkan sesuatu yang luar biasa. Aku, tokoh yang terlalu subyektif ini masih terlalu risau memulai, mungkin awalku nantinya akan buruk,. Banyak bisikan bahwa akhir adalah segalanya, apa gunanya awal yang baik tanpa awal yang indah? Ada juga yang berteriak bahwa perjalananmu itu berada di tengah-tengah, dan itulah klimaks sesungguhnya. Bukankah proses yang membentukmu? Ya……tak ada hak untuk menyalahkan, tapi aku masih terlalu risau untuk memulai, mengawali itu sesuatu yang sakral. Akulah awalmu, awal yang tertunda. Aku tak ingin dilupakan ketika proses membentukmu dan akhir membuatmu merasa mencapai segalanya. Aku hanya ingin ketika pencapaianmu memuncak kau masih ingat rumah yang dulu menaungimu, tempat yang membuatmu merasa aman. Sesingkat itu alasanku merisaukan awal. Karena begitu sulit bagiku untuk mengawali, bairkanlah dirimu menjadi awal itu, sebisa mungkin agar awal menjadi bagian dari proses dan akhirmu yang terangkai tanpa sekat, tanpa skala, tanpa prioritas, seperti kecilnya atom yang berhasil membentukmu menjadi unsur hingga kau telah siap berubah menjadi senyawa kimia yang dewasa, tak lagi awam, tak lagi terlalu muda seperti sedetik setelah pukul 00.00.

Senin, 05 September 2011

SESAAT

Hanya sesaat, waktu yang sungguh subyektif, bahkan egosi, sangat egois. Sesaatmu tak dapat terukur juga tak sama dengan sesaatku, mungkin kau perlu menghabiskan waktu semenit untuk mencukupi waktu sesaat. Kau, mungkin 30 detik, kau 10 detik, kau 5 detik, kau sedetik.

Atau sekejam kau membuatnya cukup dalam sepersekian detik, lagi-lagi subyektif, kau tak mampu mengukur sepersekian detik itu secara matematis.

Memori tentang sesaat sungguh subyektif, egois.

Tak peduli seberapa lama sesaatmu. Hey....apa sesaat bisa diukur dengan seberapa lama?

Sesaat, seperti kilat, cepat, kejam, namun sangat indah bila kita mampu menggenapkan kadar keindahannya. Sesaat, tak tahu seberapa singkat, namun sangat mengesankan

Sesaat, ketika aku dan kau menjadi utuh tanpa menghiraukan semua itu akan berakhir dalam waktu yang sangat cepat

Chat Room Bloofers