Jumat, 30 Maret 2012

BBM

Saya bukan ahli politik. Saya juga tidak mengamati politi berlebihan. Saya tidak tahu bagaimana cara menghitung APBN. Tapi saya tahu, harga minyak dunia naik.

Efek dari harga minyak dunia yang naik bukan alasan pemerintah untuk menarik subsidi BBM. saya hanya bisa berlogika seperti ini............

1. Indonesia penghasil minyak yang cukup besar, masalahnya semua itu dikelola asing,
andai kita bisa mandiri soal itu.

2. Gaji presiden dan wakil rakyat di Indonesia sangat tinggi.Kinerjanya?
3. APBN Indonesia banyak dialokasikan untuk proyek-proyek pembangunan yang
tidak perlu.

Berdasarkan poin di atas saya punya solusi untuk pemerintah.

1. Kelola minyak negara secara mandiri
2. Turunkan gaji presiden dan wakil rakyat
3. Hentikan pemakaian APBN untuk proyek-proyek tak berguna

Ketiga poin di atas akan menghemat begitu banyak anggaran negara, dan bisa dipakai untuk mensubsidi BBM.

Satu pertanyaan untuk pemerintah:
Jika gaji presiden dan wakil rakyat hanya berada di kisaran 3 juta/bulan, masihkah kalian mau memimpin negara?

Pemerintah bukan profesi, tapi media untuk mengabdi.

Rabu, 28 Maret 2012

APAKAH KITA?

"Ketika cahaya menderaku terus menerus, kau muncul terus menerus. Aku berhenti kau berhenti pula. Aku berlari kau berlari pula, apakah ketika aku berpikir, kau berpikir juga? Apakah ketika aku merasa kau merasa juga? Aku ingin kau berperasaan, agar kita serasa." Pertanyaanku pada bayangan.

"Ketika kau berhenti apa aku berhenti juga? Ketika kau berlari apa aku berlari juga? Ketika kau berpikir apa aku berpikir juga? Ketika kau merasa apa aku merasa juga? Kau ingin aku berperasaan, agar kita serasa." pertanyaanku pada bayangan.

Aku harus bertanya padamu tentang bagaimana kau mengikutiku atau bagaimana aku mengikutimu? Aku takut ketika mempertanyakanmu, aku lupa mempertanyakan diri sendiri.

Mungkin saja kita akan bertemu, saling menyapa, kemudian bertanya, ketika aku bicara apa kau bicara juga? Bagaimana kita saling mendengarkan kalau masing-masing kita berbicara?

Aku tak paham, masih banyak yang tidak kupahami. Apakah kau memahamiku saat aku tak paham? Atau aku lupa bertanya padamu, "Apa kau memahamiku"? saat cahaya hilang dan kau berhenti sementara aku terus melaju.

Minggu, 18 Maret 2012

JUS JERUK DI MALAM HARI

Selera itu perkara yang sangat subyektif, walaupun dalam ranah tertentu ia menjadi obyektif itupun untuk beberapa kerumunan saja.
Terkadang kita menyukai kondisi, bukan esensi. Jus jeruk di malam hari. Ia menyatu mengikuti lekuk gelasku. Aku menyukai jus jeruk yang dingin. Kemudian aku berkata, “aku menyukai kondisi dingin”nya. Seiring tulisan ini berkembang, kondisi dinginnya terus memudar, udara menghisapnya, kondisi lain menghisapnya, dan tidak ada kondisi yang bertahan, ia akan terus memudar setiap detiknya.
Setia bukan perkara kecukupan kadarnya, kemudian bagaimana kadar itu bertahan selamanya. Kita di dunia, bukan di alam abadi, atau alam imajinasi yang bisa kita atur seenak hati. Aku setia padamu, dan setiaku akan luntur setiap detiknya. Tapi perlu kamu ketahui bahwa kadar kesetiaan yang memudar itu tidak akan mendefinisikan kualitasnya. Aku mencintaimu sampai mati, itu berarti sekarang sampai mati cintaku akan pelan-pelan memudar, sampai ia akan habis. Kemudian kau menuduhku tak setia. Itu malah menggelikan buatku.
Perlukah kau kutokohkan? Sepertinya “kau” itu sudah cukup menokohkanmu. Kujelaskan kepadamu, detik demi detik memaksa semua elemen manusia dan keduniaannya memudar mengikuti perjalanannya. Apakah aku tak setia? Hanya Tuhan yang tahu. Ada satu perihal kesetiaan yang aku ketahui, mungkin perlu kau ketahui, mungkin juga tidak perlu. Jus jeruk yang aku minum malam ini awalnya dingin dan menyegarkan, kemudian perjalanan waktu menyeretnya ke kondisi yang berbeda, ia memudar dan hawanya netral, tidak panas, tidak dingin, jika kudiamkan di bawah terik matahari maka ia akan memanas. Namun setiap kau menanyakan minuman favoritku, aku selalu mengatakan dengan bersemangat dan bangga, “jus jeruk”.
Apakah aku tak setia padamu?

Sidrap, 18 Maret 2012

Chat Room Bloofers