Selasa, 03 September 2013
SEPASANG MATA KEPADA WAKTU
Pukul duabelas malam
Bisa kah kau berhenti di situ
Sesaat, dua saat, tiga saat
Beberapa saat, atau bahkan berkali kali saat?
Aku tak bisa memejam
Kantuk tak datang juga
Aku tahu tuanku lelah
Tadi pagi ia menyeruput dua gelas kopi
Berbatang batang rokok
Dan potongan potongan kue kering
Hendak mencari kata
Kala siang, ia berkelahi dengan matahari
Menampik peluh berkali kali
Sesekali berkeluh kesah
Kemudian mengayun kakinya menuju entah
Saat lapar, ia pun menyantap siang
Dengan lahap selagi hangat
Sore tiba
Kakinya mulai lelah
Ayunannya berhenti di warung kopi
Menunggu senja
Katanya kata kata bermukim di sana
Sayang kata kata enggan keluar rumah
Malam berlari segera
Setelah lelah berjaga
Lampu lampu kota menyala
Hasratnya pun berubah
Ia ingin mencapai langit
Katanya di atas sana ada pembaringan udara
Kemudian muncul di kepalanya
Sebuah tanya tak terhingga
Jika Tuhan menciptakan manusia selain Hawa
Apakah Adam jatuh cinta?
Atau apakah Adam jatuh cinta kepada Hawa?
Tanyanya memusingkan kepala
Aku tak tahu ia mencari apa
Aku hanya mampu melihat
Tak bisa merasa
Terlebih lagi menerka
Kepala pernah bercerita
Katanya kau penjawab ulung
Tak ada satu pun pertanyaan yang luput olehmu
Kepala pernah bercerita
Semua manusia berserah padamu
Untuk kau jawab pertanyaannya satu per satu
Benarkah itu?
Jika ia, kapan kau akan menjawab pertanyaan tuanku?
Lelah menyusuri kota
Tuanku pulang ke rumah
Di meja kerjanya tergeletak selembar kertas kosong
Tak ada perolehan kata hari ini, katanya
Andai aku mampu berbicara
Ingin kukatakan pada tuanku
Kosong juga kata
Atau mungkin tuanku tengah berserah
Penuh harap kekosongan itu terisi dengan sendirinya
Kepadamu yang katanya mampu menjawab segalanya
Oh iya, aku juga ingin bertanya
Mengapa Tuhan begitu mengandalkanmu
Membiarkanmu memutuskan segalanya?
Tuanku percaya jodoh di tangan Tuhan
Tapi Tuhan lebih percaya padamu
Meski gadis itu tak berada di gengamanmu
Tuhan tahu kau akan meletakkannya tepat (waktu)
Maka berdoalah tuanku
Kepada Tuhanya juga Tuhanku
Agar jodohnya adalah gadis di seberang jalan tadi
Tengah meneguk entah sembari menyendiri
Doa Tuan kepada Tuhan:
Bukalah tanganMu
Agar ia melihat dirinya di genggamanMu
Sejak saat itu ada dua hal yang membuatku tak mampu memejam
Kantuk yang enggan jatuh dan gadis yang menembus retinaku
Jam duabelas malam
Tetaplah disitu, jangan beranjak dulu
Biarkan malam panjang
Malam ini saja, waktu
Agar tuanku mampu menemukan kata
Kemudian tuanku sanggup menuliskan nama
Yang ia tulis dengan suka cita
Yang ia awali sepenuh jiwa
Kemudian mengkahirinya selepas nyawa
Berhentilah di jam duabelas malam
Berhenti sesaat, dua saat, tiga saat
Beberapa saat hinga berkali kali saat
Agar tuanku punya cukup jeda
Sambil menungu kantuk tiba
Agar tuanku cukup tidurnya
Esok ia akan menyatakan cinta
Kepada gadis di seberang jalan tadi
Yang tengah meneguk entah sembari menyendiri
Tapi sebelum itu
Kumohon padamu
Janganlah kau menjawabnya
Sebab gadis itu tahu caranya
Bagaimana mengatakan iya
Makassar, 26 Agustus 2013
Fadhli Amir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Dan tulisanmu tetap selalu lebih unggul :) ini bukan tenatang adu kata tapi sedikit bermain iri2an :p
cara lain menggambarkan kehidupan dalam jabaran kata berjuta makna...
"kita" banget....
kek mana caranya.... aq ga ngerti
Posting Komentar