Jumat, 03 Mei 2013

Antara Kau dan Aku



Seperti dalam sebuah fiksi sedih, kau pergi.
Namun, tak seperti fiksi sedih, aku malah menyiapkan perjalanan di atas meja makan sembari belajar teori bahasa Indonesia.

Ada dua hidangan tersedia, nasi dan telur dadar. Kedua hidangan ini telah melebur menjadi satu. Kombinasi yang sempurna antara karbohidrat dan protein, antara makanan pokok dan lauk pauk. Sementara aku melahapnya, aku berpikir perihal kepergianmu, dan dua buah kalimat tunggal yang setara.

Aku makan nasi di meja makan. Aku makan telur dadar di meja makan. Pada dasarnya, kedua kalimat ini adalah kalimat tunggal. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat. Ada subjek, ada predikat, ada objek. Kedua kalimat tadi mampu berdiri sendiri, sehingga menjadi kalimat yang setara. Kemudian ada kata penghubung "dan" yang membuatnya menjadi satu. Demi efisiensi, kedua kalimat itu digabungkan, meski masing-masing dapat berdiri sendiri. Maka,jadilah "aku makan nasi dan telur dadar di meja makan."

Dewasa ini, semua orang memiliki kesempatan menjadi pujangga. Tersedia begitu banyak kata yang diolah. Demi menuntut sebuah estetika, kata-kata itu diolah sedemikian rupa agar indah dibaca, dan renyah dikunyah. Dari kesemuanya, cinta menjadi topik utama.

Cinta, sebuah kata yang mendominasi kehidupan manusia. Semua hal yang baik didasarkan atas cinta. Lahirlah kalimat populer ini, "Semua karena cinta". Cinta hanya satu kata namun mampu menjabarkan beragam perkara.

Twitter. Sebuah jejaring sosial yang sangat populer. Setiap harinya begitu banyak yang membagi kalimat-kalimat cintanya. Seolah cinta cukup dalam 140 karakter, termasuk aku. Seseorang bahkan banyak orang pernah menulis ini di twitter : Aku merindukan kita.

Kita. Sebuah kata tunggal yang jika dijabarkan, tidak hanya terdiri dari satu orang saja. Kita adalah perpaduan antara kau dan aku, jika banyak ditambah mereka. Kita adalah sabuah "penyetaraan" mini. Jika dalam kalimat ada kalimat setara, maka dalam kata, mungkin kata "kita" ini adalah representasi dari "kesetaraan" itu. Lagi, demi efisiensi, kau dan aku disatukan dalam "kita".

Saat kau masih mencintaiku dan memilih bersamaku, kau selalu mengatakan ini padaku: "Satu hal yang selalu membuatku jatuh cinta padamu adalah kemampuanmu menyatukan aku dan dirimu menjadi kita." Lagi - lagi kita. Kita menjadi sebuah penyatuan ternikmat. Semenjak kita pacaran, hidup kita diliputi oleh "kita". Aku yang dulunya makan di restoran sendiri, kau juga makan di restoran sendiri, berubah menjadi kita makan di restorn bersama. Cinta menyatukan dua buah kalimat tunggal menjadi sebuah kalimat majemuk setara.

Apakah benar kita setara? Apakah kadar cintaku padamu setara dengan kadar cintamu padaku?

Dengan ini, aku ingin membuktikan betapa hubungan kita sebenarnya terangkum dalam teori kalimat ini.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua atau lebih pola kalimat. Hematnya, kalimat majemuk adalah gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Sebelum kita bertemu, aku adalah kalimat tunggal, kau juga, katamu (entah sebelumnya kau sudah majemuk bersama kalimat tunggal lain atau tidak). Karena aku memilih tak menghiraukan masa lalumu, maka aku menganggapmu sebagai kalimat tunggal saja. Baiklah. Kemudian Tuhan mempertemukan kita, dan jadilah dua kalimat tunggal tadi berbaur menjadi satu kalimat majemuk. Cinta membuat kita majemuk. Manusia lain pun begitu. Kehidupan yang mejemuk tak akan pernah bisa dihadapi dengan hal - hal berbau tunggal. Bahkan, orang yang mengaku mandiri pun tak akan pernah bisa berdiri dan mengakhiri hidupnya sebagai kalimat tunggal,kecuali Tuhan. Itulah mengapa kita hanya bisa menjadi hambanya. Itu pula sebabnya mengapa sendiri itu tidak abadi. Sunyi dan sendiri berbeda.

Kalimat majemuk pun dibagi menjadi empat bagian:

1. Kalimat majemuk setara.

Setelah kita sepakat menjalin hubungan, kita telah berdiri sebagai kalimat majemuk. Saat itu kita memilih menjadi kalimat majemuk setara. Kalimat majemuk setara dibagi lagi menjadi dua, kalimat majemuk setara sejalan dan kalimat majemuk setara berlawanan. Menurutku kita hidup dalam keduanya. Aku tiba pada sebuah pernyataan, bahwa cinta adalah penyatuan perbedaan. Hubungan kita berawal sebagai kalimat majemuk setara berlawanan. Ada banyak perbedaan di antara kita. Aku senang berjalan, sementara kau senang naik kendaraan. Aku senang menunggu, sementara kau tidak. Aku sering begadang, kau senang tidur. Aku sering terlambat, kau tepat waktu. Dari semua kebiasaan-kebiasaan kita, tak satupun yang berkawan. Kemudian kata pujangga, "atas nama cinta" kalimat majemuk setara berlawanan itu digubah menjadi kalimat majemuk setara sejalan dimana mereka dihubungkan oleh konjugsi dan. Pada saat yang bersamaan kita melakukan hal yang sama. Ternyata, dari semua perbedaan itu, kita memiliki kesamaan, senang duduk mendengarkan musik. Maka kegiatan itu sering kita lakukan bersama. Meski selera musik kita berbeda, kau suka pop ballad, aku suka brithpop. Kau suka RnB, aku suka jazz. Pada dasarnya kita adalah kalimat majemuk setara sejalan. Aku dan kau mendengarkan musik. Bukankah, cinta menyatukan perbedaan? Dan penyatuan terindah adalah penyatuan perbedaan. Untung saja Tuhan kita sama. Jika tidak, aku tidak tahu apakah saat itu kita masih menjadi kalimat majemuk setara sejalan atau berlawanan.

2. Kalimat majemuk rapatan.

Selain mendengarkan musik, kita juga sama - sama suka makan dan minum kopi. Itulah mengapa kita menjadi kalimat majemuk rapatan dalam waktu yang sama. Dalam sebuah kesempatan atau lebih, kita sering mendengarkan musik, makan, dan lanjut minum kopi bersama-sama. Di antara begitu banyak perbedaan yang kita miliki, masih ada beberapa kesamaan yang dilakukan bersama. Dengan ini kita menjadi rapat, jarak tak lagi memisahkan, tapi menyatukan. Saat salah satu di antara kita sedang di luar kota, kita masih bisa merapatkan diri. Jarak pun menyatukan kita dalam sebuah kaidah kalimat majemuk rapatan. Dalam waktu yang bersamaan kita sering janjian makan, mendengarkan musik, dan ngopi bersama-sama. Meski tempatnya berbeda. Ruang ada banyak. Tapi waktu membuat dua ruang menyatu. Esensi bersama bukan lagi perkara ruang, namun lebih kepada perkara waktu. Kita melakukan hal yang sama dalam waktu yang sama. Kita pun tak pernah membenci jarak. It's not long distance relationship, it's long time relationship.

3.Kalimat majemuk bertingkat

Suatu saat, kau merubah segalanya. Maaf, bukan dirimu, tapi jenuh. Aku tak mau menyalahkanmu. Karena aku masih ingin berdiri sebagai kalimat majemuk bersamamu. Kita melakukan hal berlawanan pada waktu yang bersamaan. Sampailah kita pada kaidah kalimat majemuk bertingkat: dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Di antara kita pasti ada yang menjadi induk dan anak kalimat. Saat aku datang ke rumahmu, kau tengah tertidur pulas. Saat aku menemuimu, kau tengah sibuk dengan cita - citamu. Saat aku mengajakmu makan malam, kau serius dengan hobi barumu, menyendiri. Kadang kau yang menjadi induk kalimat dan aku anak kalimatnya. Ketika kau meminta pertimbanganku memutuskan satu di antara dua pilihan, aku sedang berupaya membuat keputusan sendiri. Ketika kau memintaku menemanimu belanja, aku tengah membantu sahabatku menyelesaikan pekerjaannya. Ketika kau merayakan ulang tahunmu, aku tengah melayat di rumah kerabatku. Keadaan yang memaksa kita harus memilih menjadi induk atau anak kalimat. Sayang, antara induk dan anak kalimat itu, tak sekali pun pernah akur. Tak ada yang merawat, juga tak ada yang dirawat. Tak ada yang membesarkan, juga tak ada yang dibesarkan. Kita sebenarnya telah kembali menjadi kalimat tunggal. Ternyata bukan hanya tunggal yang tidak abadi, majemuk juga begitu. Kita berada pada kehidupan di mana semuanya situasional. Ada saat untuk berlari, ada saat untuk berhenti. Mungkin itulah makna keseimbangan. Sayangnya, kau berang.

4. Kalimat majemuk campuran.

Kehidupan kita tak lagi terdiri dari dua buah kalimat tunggal. Tuhan menciptakan banyak manusia. Semua manusia memiliki kesempatan menjadi kalimat. Semua ingin menjadi kalimat. Aku juga begitu. Hanya saja, aku ingin majemuk bersamamu. Sayangnya, bukan hanya aku yang ingin majemuk. Ada kalimat tunggal lain yang mencari kesempatan agar mampu menjadi kalimat majemuk bersamamu. Ketika aku datang ke rumahmu, kau sedang menyeduh kopi untuknya yang sedang menulis lagu untukmu. KIta berada pada kaidah kalimat majemuk campuran dimana ada tiga kalimat tunggal berbeda. Secara kasat mata, kita bertiga melakuka tiga aktivitas berbeda. Aku datang ke rumahmu, kau menyeduh kopi untuknya, ia menuliskan lagu untukmu. Hanya saja kalimat tak cukup dimaknai secara harfiah. Begitu juga cinta, tak akan indah jika ia hanya sebuah kata. Ada keterangan yang membuat kalimat itu berbeda. Aku datang ke rumahmu dengan harapan menemuimu. Harapanku berbuah, aku menemukanmu sedang menyeduh kopi. Sayangnya kopi itu bukan untuk ku, untukmu atau untuk kita, tapi untuknya. Ditambah lagi ia tengah menulis lagu untukmu. Jelas aku melakukan sebuah aktivitas untuk kita (bertemu). Kau dan dia melakukan dua aktivitas simbiosis mutualaisme. Kalian berhasil memaknai kemajemukan dengan cara yang baik. Hanya saja, aku merasa jadi korbannya.

Kopi tak lagi menjadi hal yang sama, bukan lagi untuk kita, tapi hanya untuknya. Kopi yang kau seduh saat bersamaku adalah kopi untuk "kita". Kopi itu dinikmati bersama. Kopi yang kau seduh untuknya bukan untuk "kita". Kau mengkhususkan untuknya. Bukankah kau jatuh cinta padaku karena aku mampu menyatukan aku dan dirimu menjadi kita? Aku telah melakukannya. Kita telah melakukannya. Kopi yang kau seduh untuknya jelas sebuah pengkhianatan pada "kita" yang dulunya sangat kau sakralkan. Jika memang harus ada dirinya, biarkanlah kalian berdua menjadi "kita" bukan "kalian" yang mempersembahkan dua hal berbeda ketika ada satu hal yang bisa dinikmati bersama.

Aku pulang sebagai kalimat tunggal. Baiklah, tak ada lagi "kita". Aku tak akan menuliskannya lagi. Sebelum hidangan makan malamku habis, aku ingin menuliskan ini untukmu.

"Di dunia ini ada kau dan aku. Bahkan kalimat pun menginginkan kita bersama."

Selamat makan malam. Semoga kau tengah melakukan hal sama di ruang yang berbeda.


3 komentar:

Catatan Harian Irfan mengatakan...

Lagi galau malah belajar yah hehheee
Bagus bagus :D
Niche blog

Dwi Ananta mengatakan...

Keren kk >.< Ketika cinta dijabarkan dengan kalimat ._. Pokonya kerenlah, suka postingan yang ini ^^

Unknown mengatakan...

bahahak.
aku ingat tulisan ini.
aku pernah terdampar di sini, tapi nggak nemu kolom komennya. :D

Chat Room Bloofers