Jumat, 26 Juli 2013
PADA SUATU HARI YANG TERLALU DINI MENJADI HARI
Kuusap keluh yang tinggal separuh
Mengunjungi rumah yang nyaris punah
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Malam kabur ketika pagi masih simpang siur
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Embun menyamar dalam gelap segar
Menyerang bulan yang tengah lapar
Terbersitlah niat yang sudah pudar
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Suara dengkur terbentur
Dengan tutur yang kian menyembur
Sayang ingin sebatas angin
Datang, lewat, kemudian pergi lagi
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Seseorang mengaku hamba sujud menyembah
Mengirimkan beribu keinginan
Sayang ingin sebatas angin
Terasa ada terlihat tak ada
Untung Tuhan bukan angin
Selalu ada meski terlihat tak ada
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Mataku bertaruh pada waktu
Siapa saja pemenangnya
Pagi akan segera tiba
Siapa saja yang kalah
Matahari pasti membakarnya
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Puisi juga lahir seperti biasanya
Entah siapa ibunya
Entah apa rahimnya
Apa dan siapapun
Tuhan mencintainya
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Tetiba aku ingin menjadi ayah
Tak peduli siapa ibunya
Tak peduli berapa anaknya
Asalkan Tuhan penghulunya
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Pikiran pandai menyelam
Pikiranmu pun menjadi lautan
Tak peduli seberapa dalamnya
Tak peduli sedingin apa rasanya
Kumohon padamu, biarkan aku tenggelam
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Mereka menyebutnya dini hari
Bukan malam lagi
Juga belum pagi
Ini hanya elegi
Gigih menagih janji
Pada suatu hari yang terlalu dini menjadi hari
Seseorang ingin menjadi penyelam
Pikiranmu jauh lebih dalam dari lautan terdalam
Biarlah Tuhan yang membuktikan
Mana yang lebih dalam
Pikiranmu atau perasaanku
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Sepertinya, akhir2 ini postingan ttg hati yang sedang berbunga-bunga kah? :D
haha... kalau berbunga bunga dengan puisi, iya
Posting Komentar