Jumat, 06 Mei 2011

SETELAH MATI SURI

Hai, waktu. Maaf, aku membinasakanmu dengan sendirinya. Aku membuatmu mati sebelum saatnya. Maaf aku meng"entah"kan semua dari jawaban-jawaban yang hanya mendefinisikan bentuk, bukan membentuk.

Aku pernah mati, mati suri, mati suri karena mematikan diri sendiri. Aku pernah mengakhiri, akhir dari sebuah awal, akhir dari sebuah mimpi sebelum sempat diarih.

Aku sudah melahap banyak tanda, bahkan jumlah yang tak bisa dijumlahkan, tapi bukan itu tujuanku. Aku hanya ingin mati, mati dari kekakuan, mati sebelum waktunya. Bukan juga sebuah kekecewaan, apalagi menkhianati kenyataan, hanya ingin mati suri, mati sebelum saatnya.

Bias bisa saja menajadi penjelas, rumit bisa saja menjadi kesederhanan, komitmen bisa digagalkan, semua bisa, mengapa harus belajar pada kebenaran? Justru kesalahan, penyimpangan, hitam, suram, kegagalan, pengkhianatan, adalah teman setia untuk otak-otak yang ingin bersemedi, menelusuri kebohongan kata untuk sebuah kebenaran, bukan pembenaran.

Ada sebuah trilogi cerita yang menawarkan 3 sekuel kehidupan, awal, tengah, dan akhir. Aku membalikkan itu semua. Siklus terbalik membuatku merasa segar. Akhir, tengah, awal. Aku telah menemukan hidup baru, gaya menghabiskan jatah waktu. Mengkahiri diri sebelum waktunya, kemudian menemukan dunia tengah, dunia antara, dunia yang merefleksikan segalanya, dunia untuk mengumpulkan bekal, dan aku berakhir di awal, berakhir di titik awal, titik di mana aku bisa terlahir kembali, tidak berakhir untuk mati.

Ya....aku tidak berakhir untuk mati. Berkahir, berhenti, selamanya tidak menjamin keabadian. Kata penuh dengan kebohongan, tapi kebohongan mengandung sebuah kejujuran, kejujuran yang bersembunyi, entah di mana.

Ya....aku pernah mati, menyalamimu dengan jamah perpisahan. Tapi sadarkah dirimu, teman? Perpisahan itu adalah titik awal dari siklus terbalikku.

perhatikan baik-baik...!

Akhir, tengah, awal.

Aku mengakhiri hidupku, mengkahiri halamanku, berarti aku mengawali siklusku. Sekarang, setelah mengunjungi tengah, dunia antara itu, aku berhasil mengakhiri hidupku, berada di titik akhir, yakni sebuah awal. Kita berpisah selamanya, pada saatnya,pada waktunya, namun perpisahan itu adalah awal dari pertemuan kita, pertemuan yang lebih panjang. Jangan menjawab pertanyaan yang muncul di kepalamu dengan sebuah jawaban, tapi isilah dengan beribu pertanyaan. Karena, pertanyaan itu akan mengantarkanmu pada satu jawaban, di sana, di akhir, yang berarti sebuah awal.

Inilah aku, setelah mati suri.

BERSAMBUNG........

12 komentar:

Anonim mengatakan...

jeleeeeeeeeeeeeeeeeeeekk..!! kirain off beneran, dasar..

jangan pernah ada kata "end" lagi, karena dengan dunia ini kita bisa lebih saling mengenal.. :)

BLACKBOX mengatakan...

end hanya sebuah kata.....saya mulai menelusuri kebohongan kata untuk diulas jujur.......

Kang Sofyan mengatakan...

cerita bersambung toh...hehehe salam

rinz mengatakan...

Perpisahan adalah titik akhir dari siklus terbalikmu?
Bukannya pertemuan yaa harusnyaa? Peace, no offense lohh! Nice to see your writing again.
Anyway, aku kemarin bikin cerpen lhoo!
Mohon kritik Dan saran

ESSIP mengatakan...

hati-hati dengan perkataan loh brade Amir.. bisa jadi kenyataan beneran tuh hehehe

Taman Sambas mengatakan...

Lagi mencoba memahami setiap kata yang terbentuk...Memahami apa yg ingin di sampaikan si penulis..

Diari Hati Seorang Pria mengatakan...

wah mati suri? terdengar sesuatu yang bersifat religius....Akan kah cerita kelanjutan nya menyentuh sisi kereligiusan?

Aan Sopiyan mengatakan...

Setiap awal adalah akhir. Dan setiap akhir selalu menjadi awal. Lalu, tengah-tengah? Itu hanya sebuah keseimbangan.

BLACKBOX mengatakan...

@rinz: bukna.....perpisahan adalah titik awal dari siklus terbalikku....baca deh.....ok
@Aan; bener mas
@lozz: itu hanya sebuah imajinasi fiksi mas...hahaha

Sam mengatakan...

arena tulisan dan kata-kata

Asriani Amir mengatakan...

seperti biasa, personifikasinya hidup. mantaf gan.

rinz mengatakan...

Ohhh iyaaa! Salah baca. Hehehehe...

Chat Room Bloofers