Duhai Ika Fitriana, pertama kali membaca tulisanmu, seperti kau titisan Joko Pinurbo. Entahlah, itu penilaianku. Sebenarnya semua pribadi menarik, saya percaya itu. Tetapi di dalam pribadimu ada yang lebih dari sekadar menarik, mungkin bisa dikatakan menjerat. Saya sering menulis sesuatu, entah itu surat atau puisi untuk seseorang yang saya anggap berpengaruh untuk kehidupan saya, atau orang-orang yang punya keunikan dan daya tarik tersendiri. Beberapa di antaranya adalah orang-orang yang istimewa. Sulit menempatkanmu di posisi mana. Untuk pertama kalinya pun, saya kehilangan kata-kata manis menggambarkan seseorang, mungkin sudah dijarah semua olehmu.
Suatu saat, saya bertemu dengan sebuah puisi yang begitu lembut, singkat, padat, namun lengang. Puisi itu terasa sangat bergizi dan lapang dalam waktu yang bersamaan. Izinkan saya mengutip puisimu di sini:
Ada bunga mekar di Salihara
Sebuah bunga mekar di Salihara
Berlari-lari gembira
Binaran matanya
Mana bisa bahagia bersembunyi selamanya?
Ia, bunga yang kita kenal kemarin
Yang melayu di antara pekak telinga
Yang menyusut
Mengeriut
Tanpa nyali
Sebuah bunga mekar di Salihara
Dan kita tahu dari binaran matanya
Mana bisa bahagia tersembunyi selamanya?
Puisi ini membangunkan kesenangan menulis lagu yang sudah tidur bertahun-tahun. Terima kasih untuk itu, untuk puisi yang indah, lirik untuk laguku yang setiap kali menyanyikannya, aku merasa bangga.
Ada satu hal yang menarik di balik lahirnya puisi ini. Di Salihara, diskusi "Perempuan Pencipta Narasi" itu justru tidak menarik bagimu. Matamu yang menjelajah ke mana-mana justru melahirkan beberapa puisi pendek, salah satunya puisi yang begitu aku sayangi itu. Mohon izin menyanyangi puisimu. Tuhan, mohon izin menyayangi hambaMu Ika Fitriana ini.
Saya membicarakan banyak hal denganmu. Setelah membaca ini, kumohon padamu, bacalah puisi kesayanganku itu, dengarlah lagunya. Bila doaku dikabulkan, kata bunga di lagu dan puisi itu akan berubah lalu berbuah menjadi namamu.
Selamat datang di kehidupanku.
Bersemangatlah.
1 komentar:
duh, Fadhli... :')
Posting Komentar