Minggu, 05 Desember 2010

"CRY" AS OUR IDENTITY

Aku manusia, maka aku menangis. Bila kau membenci kesedihan, maka dengan sendirinya kau telah membenci dirimu sendiri, membenci penciptaMu, membenci kehidupanmu.

Banyak manusia yang sangat bereuforia saat kebahagiaan datang menghampirinya. Mungkin itu sebuah pencapaian, tujuan, atau justru kebutuhan pokok. Adakah di antara kita yang menjadikan kesedihan sebagai tujuan, kebutuhan, atau justru kesedihan itu sebuah pencapaian kita?

Mengapa menolak kehadirannya? Kesedihan bukan sebuah kesalahan, juga bukan musuh yang spontan kita membencinya. Mengapa kedatangannya selalu membuatmu lemas tak berdaya, bukankah tamu harus disambut dengan senyuman? Meskipun harus berair mata.

Mengapa kesedihan perlu diperhatikan, mengapa kita bisa saja bersyukur dengan kehadirannya?

Kesedihan bukan semata-mata perasaan yang membuat kita menangis darah, seperti terhempas dari kehidupan nyata, kemudian terkurung pasrah dalam ruang kecil tanpa udara, tanpa apa-apa, hanya kau dan air matamu.

Pernahkah kau berpikir? Kesedihan itu bisa saja menjadi energi bagimu untuk melanjutkan hidup, menata semua kekeliruan rasamu tentang kehidupan, juga meneruskan obsesimu menjadi sebuah pencapaian.

Kesedihan sebuah penolong ketika kau terlarut dengan hiruk pikuk kebahagiaanmu, menjadi pengingat ketika kau lupa bahwa kau punya air mata. Kesedihan membuatmu kuat karena setelahnya kau akan berhati-hati melangkah.

Maka, nikmatilah kesedihanmu selagi kau masih diberi kesempatan untuk bersedih. Kenikmatan bersedih bukannya terus-menerus menepikan diri di sisi senyapnya malam, mendengarkan lagu-lagu melow, merokok, begadang berhari-hari, tanpa melakukan apa-apa. Menikmati kesedihan adalah berbahagia akan kedatangannya karena baru saja kau diberi segenggam kesempatan besar untuk belajar tentang keabstrakan rasa, kemajemukan karakter, kekejaman kenyataan, dan kebijakan pilihan. Seusainya, kau akhirnya mampu bersyukur karena baru saja melengkapkan identitasmu sebagai seorang manusia yang memang layak untuk bersedih.

A:"Kenapa nangis? Dasar cengeng."
B : 'Bukannya cengeng, cuma memanfaatkan fasilitas air mata dari Tuhan, itu tanda kesyukuran."

Ditulis di warnet ketika hati lelah berbahagia.

Makassar, 5 Desember 2010

2 komentar:

Qefy mengatakan...

Booo abooo, kala sedih atau sedang jenuh jangan lari ke Rokok ya. Hehehe Pleaseee. Oia ketika jenuh saya lebih baik ambil pena lalu menulis sejadi-jadinya. Kalau ga saya ambil kamera dan poto sana-sini. Ah lepas itu upload deh :))

BLACKBOX mengatakan...

hehehehe...........kalau sedih,ya nangis aja....memanfaaatkan fasilitas air mata dari Tuhan

Chat Room Bloofers