Minggu, 16 Desember 2012

MATAR SEASON II (PART 1)


Selain dirimu, kepada siapa lagi aku harus menaruh cinta? Selain dirimu, wanita mana lagi yang akan kuhadiahi kasih sayang? Sementara Tuhan menakdirkan jodoh bagiku, wanita yang akan mendampingi, sekaligus menjauhkanku darimu. Sebelum tenggorokanku kering, kau sudah jauh hari menyiapkan air. Sebelum perutku keroncongan, kau sudah jauh hari menyiapkan makanan. Sebelum aku mati, kau sudah jauh hari menyimpan air mata. Persiapanmu seperti mengetahui masa depanku. Nalurimu adalah peramal jitu.

Kebersamaan kita adalah pertemuan yang tak pernah aku harapkan. Dulu, ketika aku masih sebentuk sel, aku belum dikaruniai kemampuan berharap. Tetapi, aku mendapatimu dengan tubuh dan jiwa yang memberiku semua harapan yang aku butuhkan, untuk masa depan, untuk waktu yang belum aku ketahui. Tuhan menjadikanku tubuh dan jiwa yang dikaruniai dirimu, itulah harapan juga pengharapan. Kemudian Tuhan tak perlu memperkenalkanku denganmu. Perkenalan tidak pernah terjadi. Aku diberi kemampuan untuk langsung merasakanmu, kemudian begitu saja mengenalmu, tiba-tiba, tak kurasa awal mula, dan tak ingin kurasa semua itu berakhir. Apa semua manusia seperti itu? Entahlah. Aku tak pernah bertanya kepada mereka, kalaupun iya, mereka tak akan bisa menjawab. Semua pertanyaan itu seperti tak memiliki jawaban, atau justru tanda tanya itulah jawaban, bahwa sesungguhnya pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban adalah pertanyaan yang sudah terjawab dengan satu tanda tanya besar.

Kau bertaruh pada waktu. Nyatanya memang waktu akan selalu menang. Tapi sayangnya, kau tak pernah menyerah. Meski waktu terus menyakitimu, di mana aku menjadi yang teraniaya bagimu, kau menangis, sungguh itu kepedihan bagimu, dan saat itu, aku hanya mampu terpaku.

Waktu menampung semua keluh kesah, kemudian dengan santainya membuangnya satu per satu di setiap detiknya. Lahirlah sebuah kalimat “biar waktu yang menjawab semuanya”. Jika waktu adalah jawaban yang pasti, jawaban terbaik, mengapa tak kutemukan satu detik pun yang menjawab pertantanyaan ini, “Kapan aku berhenti mencintaimu, dan kapan kau berhenti mencintaiku?” Bahkan jika waktu telah usai, ia akan mati sebelum mampu memberiku jawaban.

Selain dirimu, kepada siapa lagi aku harus menaruh cinta? Selain dirimu, wanita mana lagi yang akan kuhadiahi kasih sayang? Sementara Tuhan menakdirkan jodoh bagiku, wanita yang akan mendampingi, sekaligus menjauhkanku darimu.
Bicaralah, agar aku tenang.

Kembali, waktu bukanlah penjawab fasih seperti kata mereka. Sampai detik ini aku belum menemukan jawaban, mengapa aku harus mencintainya? Mengapa Tuhan tak membiarkanku memilih? Seandainya saja ada pilihan atas siapa yang dicinta, maka aku ingin menempatkanmu sebagai satu-satunya. Sayangnya, kodrat manusia sebagai makhluk sekaligus hamba Tuhan harus mengakui takdir. Jodoh memaksaku mencintainya. Jodoh adalah takdir yang tidak bisa aku pilih.

Chat Room Bloofers