Kau markisa, aku bambu penyangga di kebun kecil milik tuan rumah
Batangmu merambat di sekujur tubuh tegarku
Daunmu rebah di dada cembungku
Kulitku akrab denganmu
Di setiap bentangan dan pendirianku, menggantung buah-buah mungilmu
Kita hidup bertetangga dengan kawanan pohon pisang, keladi, mangga, dan jambu
Beruntunglah aku menua
Saat seusia rebung, tuanku melancong meninggalkan rumah
Saat dewasa, tuan pulang dan menebangku
Saat itu,kukira aku sudah mati
Nyatanya aku batang bambu yang tak lagi bisa tumbuh
Dibelah, dibilah, lalu ditancapkan oleh tuan
untuk menyanggamu, rela dijalari olehmu
Di suatu pagi aku menjumpaimu mati
Batangmu menguning
Daunmu mengering
Buahmu tinggal sebiji
Kau gersang di musim penghujan
Aku tetap berdiri dan membentang
Menunggu batangmu kembali tumbuh dan merambati tubuhku
Menunggu daunmu kembali tumbuh merebahi dadaku
Menunggumu kembali berbuah dan bergantung kepadaku
Namun kau benar-benar tiada
Jadilah aku sebatang bambu tua
Menunggu waktu dihabiskan serangga
Sementara itu, aku hanya mampu menyangga udara
Camba, 31 Maret 2014
Fadhli Amir (@Botsun)
6 komentar:
Arghhhh puisinya semakin keren disetiap postingan >.<
Arghhhhh puisinya semakin keren disetiap postingan >.<
Heumm..... amazing deh buat puisinya, Chairul Tanjung masa depan nih... Tunggu, kayaknya saya salah deh..
selalu keren karya yg dihasilkan botsun :-D
hemz puisinya bagus gan,sukses ya
hemz,,puisinya bagus gan,,sukses ya :)
Posting Komentar