Ketika hidup sebatas analogi, maka perumpamaan menjadi tujuan satu-satunya. Kamu seperti ini, aku seperti itu, kita seperti ini dan itu, hidup cuma seperti tak pernah membedakan dirinya, tak pernah menjadi identitas yang berbeda.
Sampai pada saat apa aku menyerupakan diriku pada sesuatu? Sampai keragu-raguan hadir mengetuk pintu rumahku, menyampaikan pesan bahwa keputusan harus segera diambil, dan saat itu analogi tak akan mampu bekerja. Keputusan adalah kelaki-laikanku, dan analogi hanya pelarianku, mungkin alibi.
Mungkin saja aku menyerah, namun aku lebih baik menyerah karena ketidakyakinan, daripada harus menanggung resiko yang akan menghancurkan semua. Ini bukan pelarian, aku tidak lari, aku hanya menyingkir untuk menempatkanmu pada ruang yang lebih nyaman nantinya, bukan cuma sekarang. Terlalu banyak ego yang menyelinap, ketika-ketika yang serba tidak pasti, dan analogi membuatnya seperti. Tidak berbeda, tidak asli.
Kau, dan analogi yang kuciptakan serupa denganmu, bahkan itupun membuatmu sama dengan yang lain, sementara kau khas di mata dunia dan Tuhan selain identitas kehambaanmu.
Perasaanku tidak statis, masih terlalu dinamis, bahkan tidak memiliki identitas, mungkin seperti analogi yang hanya mampu mengumapamakan, membuatnya terlihat sama dengan yang lain.
Dan sampailah aku pada keputusan, bahwa aku merasa lebih baik berhenti ketika aku ragu, daripada bersikap kuat, berpikir positif, optimis, tapi menjadikanmu tumbal untuk menguji keragu-raguanku.
Kita bukan analogi, maka raihlah dan buat itu menjadi pasti di masa depan, meski rencana menjadi batas manusia.
8 komentar:
Nice Post......
nice comment, hehe
Raihlah kepastian, tinggalkan keragu-raguan. Postingan dengan makna yang dalam. Selalu suka postinganmu Fadil. :)
ciri khas dari seorang fadhli...pandai memainkan kata dan kalimat...seperti halnya pandai memainkan peran saat manggung... :D
ah.. ajarin merangkai kata... T_T
pengen jadi silent rider di blog kamu fadh, sekali2.. tapi kok yaa gk bisa.. yowes komen aja, meskipun komennya berlawanan dengan isi postingan kamu.. :D
jgn sampai diperbudak ato berhenti di batas analogi. mari mewujudkan apapun itu, bukan sekedar analogi pun alibi, tpi nyata.
@accilong: kayak dosen aja komennya
Posting Komentar