Reruntuhan nafas sebagai sisa helaanmu masih kusimpan sampai saat ini. Itu adalah salah satu pemberian terbaikmu. Setelah ludah yang sangat gurih, kini kau menyuguhkan itu, karbondioksida dari kedua lubang hidungmu. Dari situlah aku bisa mendengar cerita tentang paru-parumu, tentang sebagian organ dalam tubuhmu yang tengah beraktivitas sangat normal, sangat bertanggungjawab. Katanya dia sempat mampir di hatimu dan membisikkan satu nama yang membuatku rindu padamu.
Ya....nama itu adalah namanya, nama yang sangat lihai di inderamu, terlalu dalam bagi maknamu, nama itu membuatku rindu padamu, rindu yang masih entah sampai kapan terus menjadi masih. Karbondioksida yang kau hembuskan berhasil aku tangkap sebagian, kini aku pelihara. Setidaknya akan ada yang aku ajak berbicara sebagai analogi kehadiranmu di sini.
Kali ini, aku tak perlu lagi menanyakan kabarmu, aku sudah menyerahkan semua harimu padaNya, biar Dia yang mengawasimu, aku hanya bisa menikmati karbondioksidamu.
Saat ini, aku tengah berusaha mempelajari ilmu fotosintesis dari dedaunan hijau di halaman rumahku, agar aku mampu mengurai karbondioksidamu menjadi oksigen segar yang akan ku peruntukkan padamu ketika kau butuh dan tak ada yang tersedia, maka pada saat itulah aku mengakhiri rinduku untuk ku tanam bersama takdir.
3 komentar:
Rindu membara membuat hati semakin berdebar...tapi rindu itu akan selalu ada seiring cinta yang terus terpupuk dengan baik he he he
Oya sobat,
Kami Tim Manajemen Emosi mengundang sahabat untuk ikutan di Gerakan SEO Positif season 2. Mudah-mudahan berkenan...ditunggu konfirmasinya. Mari bersama-sama mengabdi di dunia maya mulai hari ini.
apakah ini akhir dari rindumu kawand,. saat karbondioksida dirubah menjadi sebuah oksigen dan kemudian kita hirup,.. semoga rindu itu masih ada...
salam persohiblogan ^_^
Rindu.. serindunya.. lah kok malah kayak lagu Malaysia nih hehehe
Posting Komentar