Di Indonesia bahkan di dunia ini, sudah banyak gerakan peduli lingkungan. Gerakan-gerakan itu terlahir dari perseorangan, kelompok atau komunitas, bahkan institusi resmi yang menyatakan diri mereka sebagai pemerhati lingkungan. Tidak bisa dipungkiri, bahwa keadaan bumi yang semakin gawat merupakan reaksi dari aksi sembrono manusia. Kepedulian terhadap lingkungan yang dirangkum dalam beberapa pergerakan, seperti gerakan Go Green atau penghijaun, pembudidayaan makhluk hidup lain, menggalakkan buang sampah pada tempatnya, dan beberapa regulasi lainnya dari pemerintah. Semua itu sudah dilakukan,namun hasilnya, bencana masih saja gemar menunjukkan tajinya di bumi, khususnya negeri kita tercinta ini. Ada apa? Apa yang salah dari gerakan-gerakan atas nama pemerhati lingkungan itu? Setelah mengamati beberapa fenomena dan realita yang terjadi, saya dapat menyimpulkan satu hal yang kurang dalam semua usaha-usaha kita selama ini. Semoga cerita fiksi sederhana di bawah ini mampu membuka semua indera kita untuk merespon satu hal yang kurang itu.
"Perkenalkan, nama saya Fadhli Amir. Saya seorang ahli hipnotis yang bisa membawa Anda ke alam bawah sadar, dan membuat Anda akrab padanya. Ini penting untuk membuat Anda lebih peka, lebih sehat dalam berpikir, dan cerdas mengambil sebuah keputusan. Pertama-tama, selamat datang di acara saya, Hipnotis Kesadaran."
"Hadirin sekalian, kenapa saya memberi nama Hipnotis Kesadaran? Ada hal mendasar yang perlu dicamkan baik-baik dalam pikiran kita. Kesadaran akan kewajiban, keharusan, kepentingan, dan hal-hal yang postif perlu dikembangbiakkan. Di antara semua penghuni bumi ini, manusia yang memiliki kesadaran sangatlah kurang. Minusnya kuantitas ini menimbulkan banyak masalah. Kriminalitas yang semakin populer, penyimpangan sosial, disfungsi perangkat alam, dan hal yang sangat penting juga adalah kerusakan lingkungan. Lingkungan adalah wadah manusia untuk beraktivitas, paru-paru manusia untuk bernafas, tentunya kita tidak bisa hidup dalam lingkungan yang tidak sehat. Sadar atau tidak sadar, sekarang ini kita tengah hidup dalam lingkungan yang sudah tidak sehat lagi. Lingkungan kita menderita penyakit akut yang bisa memusnahkan kelangsungan hidup manusia."
"Hadirin sekalian, bumi sudah bosan memperingatkan kita. Dia bahkan sudah bosan akrab dengan kita. Buktinya, bencana merajalela. Sementara itu, manusia sibuk menyalahkan pemerintah yang katanya kurang becus menata lingkungan. Lho.....! Bukankah salah satu hakikat penciptaan manusia adalah sebagai perawat alam? Kesadaran inilah yang sangat kurang. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembalikan alam ke kondisi normal alias sehat. Namun itu hanya bisa mengikis sebagian kecil kerusakan saja, sementara kaum yang belum beraksi apa-apa untuk menyelamatkan alam masih eksis dengan apatismenya, bahkan semakin bertambah jumlahnya. Jadi, kita tidak bisa menampik bahwa kesadaran personal manusia masih kurang untuk peduli pada lingkungan, apalagi sayang pada alamnya."
"Maka dari itu, saya sebagai ahli hipnotis akan ikut berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan kita, mungkin dengan cara yang berbeda sesuai dengan keahlian saya. Baik, adakah di antara hadirin sekalian yang bersedia naik ke panggung untuk saya hipnotis? Satu saja, ini sebagai langkah awal." Sang ahli hipnotis memperhatikan sekeliling. Matanya sangat fokus menatap setiap tangan-tangan yang terangkat di antara kerumunan penonton. Matanya kemudian berhenti menggeliat, tatapannya terpaku pada satu sosok.
"Baik, anak muda yang memakai topi merah di ujung sana, silahkan naik. Tepuk tangan dulu untuk penonton yang satu ini." Riuh penonton menepukkan tangannya menyambut kedatangan seorang anak muda yang kira-kira berusia 17 tahun naik ke panggung.
Sang ahli hipnotis menyambut anak muda itu dengan jabatan tangan yang hangat. Senyum hangat juga terlihat jelas di wajahnya. "Namanya siapa?" tanya si ahli hipnotis. "Gugun." Jawab si anak muda dengan senyum yang segar. "Ok. Gugun, kamu masih sekolah?" Gugun dengan spontan menjawab, "Iya, mas, masih sekolah, tapi saya tidak tahu apakah besok saya masih pantas dikatakan pelajar atau tidak." Penonton terperangah, anak muda itu menyerukan sebuah curahan hati akan identitasnya. Si ahli hipnotis terdiam sejenak. Setelah menghela nafas dua kali, dia melanjutkan pekerjaannya. "Lho..kenapa bisa begitu? Kamu sering bolos,ya?" Tanya si ahli hipnotis dengan sedikit nada bercanda. Akan tetapi, Gugun sama sekali tidak menampakkan wajah keceriaan menyambut candaan ahli hipnotis itu. Keseriusan berkuadrat terlihat jelas di wajahnya. Si ahli hipnotis menjadi bingung, dia seperti menyesal mengungkapkan kalimat yang mungkin membuat Gugun tersinggung.
"Ok, begini, kenapa kamu meragukan identitas kamu sebagai pelajar, ada yang bisa kamu bagikan kepada saya dan penonton di sini?" Tanya Mr. Fadhli, kali ini sudah serius. "Sebelumnya, silahkan dudu dulu, biar enak ngobrolnya." Master Fadhli memotong kalimat Gugun sebelum sempat terucap, tangannya menggiring Gugun menuju kursi yang sudah di siapkan. Gugun menenangkan dirinya sambil memperbaiki posisi duduk. "Ya, Gugun bisa jelaskan mengapa Gugun merasa bukan seorang pelajar?" Ulang master Fadhli. "Saya gak bilang kalo saya ini bukan pelajar, mas, saya cuma ragu, apakah besok, lusa, seminggu kemudian, sebulan kemudian, setahun kemudian, dan waktu-waktu mendatang kalau saya masih hidup, apakah saya masih bisa belajar dengan baik, belajar dengan sehat, atau apakah saya masih bisa mencium tanah ketika mencetak gol dalam pertandingan sepakbola, apakah saya masih bisa kencing di pohon, apakah saya masih bisa mandi air hujan kalo pulang sekolah? Pertanyaan-pertanyaan itu yang mengganggu saya, mas. Saya bukan orang yang mencintai lingkungan, bahkan saya bisa dibilang perusak lingkungan. Gak tau udah berapa banyak sampah yang saya buang sembarangan, gak tau juga udah berapa banyak asap rokok yang saya keluarin dari mulut saya, lebih-lebih lagi asap motor saya yang ngepul tiap ugal-ugalan di jalanan. Tapi, saya khawatir, mas, kalo saya seperti ini terus, atau orang lain melakukan hal yang sama dengan, saya, bisa-bisa kiamat bakalan datang sebelum waktunya."
Para penonton tercengang dengan pengakuan Gugun, terlebih lagi Master Fadhli. Tidak ada yang menyangka, seorang anak muda dengan kebiasaan buruk, dengan tabiat khas kenakalan remaja, meragukan kelangsungan hidup manusia, karena khawatir bumi akan takluk di tangan manusia sendiri. Sebuah awang-awang yang sangat dewasa. "Wow, tepuk tangan dulu untuk relawan kita yang satu ini, luar biasa." Master Fadhli menginstruksikan penonton untuk memberi penghargaan pada anak muda itu.
"Luar biasa, seorang anak muda menyatakan sebuah pengakuan. Pengakuan ini penting untuk mengukur kesadaran kita. Ok gugun. Sekarang tarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan pelan-pelan." Gugun mengikuti perintah Master Fadhli. "Tatap mata saya, tarik nafas, hembuskan, tarik nafas, dan tidur......!" Anak muda itu langsung menuju alam bawah sadarnya. Suasana semakin tegang. Para penonton seakan menjahit mulutnya, bahkan hela nafas mereka pun sangat hati-hati.
"Baiklah, untuk orang yang saya sentuh, dengarkan sugesti saya! Anda hanya perlu mendengarkan suara saya, jadi kalau ada suara lain selain suara saya, abaikan saja, sekali lagi Anda hanya mendengarkan suara saya, anggukkan kepala bila mengerti!" Gugun menganggukkan kepalanya dengan keadaan mata terpejam.
"Siapa nama Anda?" ujar Master. "Gugun,Gugun Firmansyah."
"Baik, Gugun, apa ketakutan terbesar Anda saat ini?" Master Fsdhli melanjutkan pertanyaannya. "Saya takut, besok saya gak bisa sekolah lagi, saya takut, besok saya gak bisa lagi punya kesempatan belajar sungguh-sungguh. Saya takut, besok bumi tinggal sejarah, Mas."
"Untuk Gugun. Pernahkah Anda melakukan sesuatu untuk melawan ketakutan itu, atau apa usaha Anda agar ketakutan Anda itu bisa dicegah?"
" Gak ada, mas, selama ini, saya malah sering buang sampah sembarangan, ugal-ugalan dengan motor saya yang asapnya ke mana-mana. Sebenernya sih, itu lumrah, mas, diluar sana, bahkan yang lebih dewasa dari saya ngelakuin hal yang lebih parah. Tapi, gak tau kenapa, Mas, tiba-tiba aja saya berpikir, kalo saya gini terus, semua orang juga gak ngerawat lingkungannya, gimana bisa hidup tenang?"
"Baik, Gugun. Saya sangat kagum dengan pernyataan Anda. Anda ini bisa membangun kepedulian dari sebuah ketakutan akan kelangsungan hidup manusia dan bumi. Tapi, sayangnya ketakutan Anda ini belum bisa menuai aksi apa-apa. Anda hanya khawatir, besok-besok bumi akan wafat, dan manusia kebingungan mau pindah ke mana? Anda sudah punya modal awal, yakni sebuah kekhawatiran. Ok, saya akan membantu Anda untuk mengubah kekhawatiran itu menjadi sebuah kesadaran, setuju?"
Gugun kembali mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu, dengarkan sugesti saya!
Ada beberapa poin penting yang perlu Anda dengarkan, Anda resapi, simpan baik-baik dalam memori Anda, dan yang paling penting adalah realisasikan poin-poin itu."
1.Hapus kata sampah di otak Anda.
Hal pertama yang perlu Anda tanamkan dalam konsep hidup Anda adalah meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini baik itu ciptaan Tuhan atau campur tangan manusia memiliki kegunaan tersendiri, olehnya itu hindari membuang-buang barang yang menurut Anda tidak berguna lagi, karena jika itu terus dilakukan, lingkungan akan terus-menerus tercemar, dan Anda telah membuang sebuah manfaat besar. Banyak di antara kita membuang sesuatu yang sudah dipakai dengan percuma, padahal sisa-sisa itu yang menurut istilah adalah sampah bisa diolah menjadi manfaat lain, seperti kerajinan tangan, pupuk, bahkan limbah industri yang beracun pun masih bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Maka, melindungi bumi dari tumpukan sampah, ya dengan cara tidak membuat sampah, bukan membuang sampah pada tempatnya, atau lebih tepatnya, menghilangkan kata sampah dari kamus besar kehidupan.
2. Perlakukan bumi seperti memperlakukan barang pinjaman.
Kita sudah sering mengeksploitasi bumi dengan segala kekayaannya, tanpa pernah berpikir untuk melestarikannya. Seolah bumi ini milik pribadi, milik yang bisa digunakan oleh siapapun dan memperlakukann seenaknya. Kita selalu lupa bahwa sebenarnya bumi ini hanyalah pinjaman. Jika kita telah menganggap bumi ini sebagai barang pinjaman, maka akan timbul ketakutan untuk menyalahgunakan, apalagi membiarkannya rusak. Barang pinjaman seyogianya dikembalikan dalam keadaan baik pula.
3. Tirulah kehidupan tumbuhan
Tumbuhan adalah satu dari tiga makhluk hidup di bumi ini yang memegang peranan penting. Selain sebagai perangkat alam, tumbuhan memiliki siklus pernafasan yang berbeda. Tumbuhan mengisap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen. Tumbuhan akan mengisap semua krbondioksida di udara sebagai udara pembuangan manusia, kemudian mengeluarkan oksigen baru. Secara tidak langsung, tumbuhan telah menjadi penyedia oksigen alami untuk bumi ini. Maka, kita sebagai manusia sangat bodoh bila tidak membudidayakan tumbuhan ini, atau hanya menjadikan tumbuhan sebagai arena pacaran dan wc umum.
4. Pikirkan apa yang terjadi bila bumi menyerah menampung kita.
Pikrikan itu, Anda akan ke mana bila bumi sudah menjadi sejarah peradaban manusia. Jangan pikirkan bumi ini masih cukup kuat. Sebagai pembelaan manusia adalah usia bumi masih cukup muda, atau hal-hal seperti pencemaran lingkungan dianggap masih terlalu kecil untuk merusak bumi. Manusia terlalu banyak meremehkan, maka jangan pernah remehkan sesuatu.
5. Manusia adalah perawat bumi.
Itulah hakikat penciptaan kita. Jadi, sebenarnya perilaku mencintai lingkungan dan merawat alam adalah sebuah kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi. Namun, ada satu kelemahan alami manusia. Manusia itu malah menjadikan kewajiban itu sebagai musuhnya, sehingga timbul perasaan malas untuk menjalani kewajiban itu. Cara yang paling tepat untuk mengatasi ini adalah dengan menjadikan kewajiban itu sebagai kebutuhan. Dengan begitu, kita akan merasa kurang bila tidak merawat alam sebagaimana mestinya, karena satu dari beberapa kebutuhan kita tidak terpenuhi.
6. Cintai alam/bumi seperti alam/bumi mencintaimu.
Apakah Anda ingin dikategorikan sebagai makhluk yang tidak tahu berterima kasih? Alam menyedeiakan semua yang manusia butuhkan, dan alam tidak menuntut banyak,cukup perlakukan mereka seharusnya, itu pun sudah termasuk kewajiban kita sebagai manusia.
Inilah sugesti saya untuk Anda. Saya tidak perlu mensugestikan Anda untuk belajar membudidayakan terumbu karang, mengikuti workshop pengetahuan lingkungan, ikut dalam gerakan Go Green, atau mungkin menjadi Menteri Lingkungan Hidup. Karena menurut saya, entah menurut pakar lingkungan di luar sana, bahwa merawat lingkungan kita, mencintai alam, melindungi bumi dari kehancuran dini tidak diawali gerakan dengan seribu nama dan kelompok-kelompok atas nama pencinta lingkungan, menjadi bahan liputan media, teori-teori rumit yang malah membuat kalangan bawah kebingungan, suara lantang berdiri di atas mimbar meneriakkan kekhawatiran akan lingkungan, sementara khalayak di bawahnya hanya manggut-manggut, bukan karena sadar namun sudah kepanasan, sudah bosan, atau mungkin tidak tahu sama sekali apa yang dibicarakan di atas mimbar sana. Cukup menanamkan 6 poin penting tadi dalam kehidupan Anda, maka dengan sendirinya Anda akan terlahir kembali sebagai manusia sang perawat dunia, bukan hanya mencintai alam, namun merasa wajib mencintai alam.
Dan, ketika Anda mendengar tepuk tangan yang sanagt keras, bangunlah dari tidur Anda. Bangunlah sebagai manusia perawat alam.
Kemudian riuh tepuk tangan penonton membangunkan Gugun dari tidurnya.
Inilah yang terlupa, menumbuhkan kesadaran pada tiap individu. Kesadaran itu tidak diawali dengan menghimpun mereka, para generasi muda untuk bergabung dalam gerakan-gerakan peduli lingkungan,atau menjadikan mereka duta lingkunhgan hidup sehingga menjadi bahan peliputan media, hasilnya mereka hanya jadi selebriti, bukan pemerhati lingkungan. Semua itu perlu, namun penanaman kesadaran apalagi manusia yang memiliki kompleksitas sangat tinggi memerlukan pendekatan personal, dengan sugesti-sugesti positif yang bukan hanya secara teori-teori ilmiah, namu lebih ke konsep pemahaman hakikat, prinsip hidup sehingga mereka merasa butuh merawat alam. Mengapa sang ahli hipnotis tidak mensugestikan Gugun ilmu-ilmu atau teori-teori tentang lingkungan? Karena dengan 6 sugesti tadi, jika berhasil dan timbul kesadaran di dalam diri Gugun, maka dengan sendirinya, Gugun akan mencaritahu bagaimana cara merawat lingkungan yang baik dan cerdas.
Ini hanya fiksi. Jika konsep sugesti untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan ini sudah pernah dilakukan atau sudah pernah dipaparkan, maka silahkan dilanjutkan, karena menurut saya ini ide gila yang patut dicoba. Tapi, kalau sama sekali belum pernah terpikir apalagi dicoba, saya menawarkan konsep ini sebagai langkah awal selain gerakan-gerakan pedeuli lingkungan itu untuk diaplikasikan. Bayangkan jika semua ahli hipnotis di dunia ini bergabung melakukan gerakan ini, dan semua berhasil, maka kekuatan sugesti ini akan menyelamatkan bumi dari kepunahan dini.
Hahahaha........semoga bermanfaat, salam bumi, bumi yang menitipkan salamnya tentang kerinduannya pada manusia sebagai perawat pribadinya.
7 komentar:
haha,, saya kira hipnotis buat yang bacanya, tapi saat awal saya mulai merasa terhipnotis, tapi pas ditengah ternyata ada pemerannya haha. sukses lombanya mas fadhli :D,
NB : klau bukan kita sapa lagi yang akan merawat bumi kita,.. ayo jaga sampah kita
waaahh, bisa nyaingin acara uya kuya nih fadh, kapan-kapan bolehlah hipnotis dhe.. hahahahaa..
sukses lombanya yaa.. :)
@aura: makasih mas< buat NB nya, gak ada kata sampah ams, hahaha
@dhe: makasih sista.......
salam lestari Makassar..!!!
salam hijau.. mari kita gaungkan gerakan cinta bumi ini..c
mudah-mudahan anak-cucu-cicit kita semua masih bisa melihat apa itu hutan, bisa melihat hewan yang tak bernasib seperti dinosaurus.
Dan mereka bisa merasakan perjuangan para pahlawan hijau pendahulunya untuk masa depan mereka..
semoga menang lombanya..
salam kenal ^^
@lozz: hahaha...salam lestari Jember
@Bunda :salam hijau bunda
@Hasbuloh : thx dah mampir, salam kenal jg
Posting Komentar