Jeritan diam terdengar keras. Dia membisingkan sunyi ketika malam menggelapkannya. Tubuh penuh dengan lumuran gagal, juga seribu cercaan membabibuta.
Tenggorokan mengering, mata mimicing, lidah membatu, hanya peluh yang berdiri di daratan-daratan percobaan. Katanya, aku dibuang, katanya aku ini sisa-sisa. Sisa belum habis, dia masih ada, meskipun aku sisa, itulah kebanggaanku. Apa salah bila aku tak menangis? Aku hanya diam dan berteriak dalam jeritan tanpa suara, mereka telah merajamku sedemikian kejam, rupaku tak lagi terlihat, mungkin namaku akan dilupakan. Jejak akan dihapus angin, mungkin alam bersekutu dengan mereka, mereka manusia tanpa jiwa.
Di ambang kepastian, kepastian untuk berakhir, aku menyeruput udara, di sana ada berjuta partikel-partikel bebas, betapa mereka hidup begitu menghargai atom-atomnya. Aku menyusunnya sebisa mungkin, itu cukup menggelembungkan lambungku, mungkin menerbangkan ususku, meledakkan jantungku bila itu perlu.
Tolong katakan padaku! Siapa yang bisa mempercayaiku? Siapa yang bisa menungguku kembali? karena akua akan kembali dengan rupa yang berbeda, dengan bentuk yang sudah jelas, akulah niat-niat kotormu.
Apa perlu aku ke tepi jurang? Aku berdiri satu sentimeter dari batas terakhirnya, kau, mereka semua, kalian semua, dengarkan aku...........!
"Aku ini bukan kesalahan, hanya sebuah kegagalan, kegagalan bukanlah kesalahan. Aku ini hasil yang masih prematur, kelak aku akan normal, bila waktunya, bila masanya, bila saatnya memanen telah tiba. Tenanglah, benih ini akan ku rawat."
"Sebelum kalian menentukan sikap dan menyesali sikap itu, pelajarilah awal kau bermula, resapilah pertengahan posisimu, kemudian rumuskan perlahan masa datang, di sini semua tanpa penyesalan, di sini semua bukan rencana kosong, aku menjerit bukan diam, meski tak ada lisan, tak ada suara, tak ada wajah, tak ada bentuk, hanya sisa-sisa, tapi aku masih ada, masih sedikit, sedikit juga ada."
Mengapa terlalu banyak tujuan? Mengapa terlalu berlebihan persiapanmu? Ini bukan perjalanan, ini hanya sebuah lorong sempit, akan sampai pada ambang bercahaya samar, kemudian jelas, kemudian silau, kemudian kau akan berkata, aku di mana? Di mana semua maksudku? di mana semua rencanak? di mana semua kepuasanku? Itulah dirimu manusia tanpa jiwa.
Jangan mengerangkeng pertimbangan, jangan mengucilkan kegagalan, merekalah sang penyedia sisa, merekalah yang akan membantumu, kenapa bisa? Begini:
"Aku adalah sisa ,sisa-sisa darimu yang kau buang, yang kau tertawakan kemudian kau ludahi, padahal kau tidak akan menyangka, betapa nantinya ketika perbekalanmu habis, maka sisa itu yang akan membantumu, aku masih berguna."
(Seorang psikopat berbicara pada jiwanya)
6 komentar:
puisi bersambung ala bloofer ternyata bersambung disini..:))
keren abis .....
"bila waktunya, bila masanya, bila saatnya memanen telah tiba. Tenanglah, benih ini akan ku rawat."
keren kata katanya...
@all: thx dah mampir
wah serem juga bacanya nih
seperti biasa, dhe ngerti tapi tetap tak bisa mengungkapkannya.. hahahaha..
Posting Komentar