Sama, selalu sama, bukan sebuah perencanaan, tak tahu mengapa sama. Jika ketidaktahuanku itu simbol kepasrahan, maka izinkan aku pasrah pada apa yang sudah aku usahakan. Aku tak ingin mengkronologiskanmu, urutanmu terlalu rapi, sama, aku ingin sedikit nakal kali ini. Aku bosan menjadi orang yang baik, aku ingin nakal agar bisa membencinya, mungkin inilah satu-satunya kesalahan yang kurencanakan. Lekuk kejadian, seluk pertanyaan, dukungan ketiadaan, sapaan kesunyian, semrawutnya persembunyian, sampai aslinya sebuah kepalsuan mengharu biru, mangantarku pada satu keputusan.
Keputusan itu masih ku simpan di ujung lidah, akan menjadi kata, jika aku memerlukan suara. Sebenarnya, bukan sama, tapi rutin. Mungkin itu lebih tepat. Rutin tak selalu sama, perbedaannya ada pada perjalanan waktu yang selalu baru. Aku sebenarnya telah memperbaharui diriku sendiri, menambah kerutan yang masih sangat samar, kelalaian yang masih membias, kelunturan yang masih mengurung diri, juga kematian yang selalu menghantui. Entah mengapa aku tak pernah siap untuk mati. Aku tak siap mengakhiri hidupku, mewariskan ribuan harapan yang belum terwujud, ribuan sakit yang belum sembuh, rajutan makna yang belum fasih, aku masih menyisakan ribuan tanda koma yang selalu tak pernah berhenti. Aku takut, aku tak bisa takut lagi suatu saat nanti.
Selanjutnya, apa selanjutnya? Masih seperti kemarin,. Aku masih menghela nafas kemarin, begitu juga hari ini, semoga esok masih. Kemarin aku masih menuruti hatiku bersemedi menafsirkan perjalanan embun mencium bumi. Kemarin, aku masih mengasihimu, menantimu di suatu tempat, tempat di mana kau menemukanku sebagai lelaki dekil tak berarah terarak bencimu, menitipkan satu senyuman manis agar kau suguhkan saat detik aku menjumpaimu. Kemarin, aku masih menaungi atom tak terhingga, masih menjumlah kekurangan, masih mengubahmu ke dalam bentuk nyata, masih menyimpan rencana, masih merogoh kesempatan, masih berteriak agar semua hening menjadi tuli, masih meyakinkan diri aku masih bisa bertemu denganmu esok, dan masih berharap esok masih menjadi bagian dari masaku di bumi.
Hari ini pun aku melakukan itu, aku tak lelah, meskipun yang aku lakukan saat ini tak ada bedanya dengan aksiku kemarin. Namun, kau tidak tahu sebelumnya, sebab apa setiap detik selalu berbeda. Aku membedakan semua rutinitas ke dalam bagian yang selalu berbeda hanya dengan satu alasan,
esok atau detik setelahnya, kau akan berbeda dengan urutan jumlah yang terus bertambah, dan aku akan mengecup keningmu di saat kau tua, di saat kulitmu mengerucut, di saat kau dengan bangga memanggilku, sayang. Aku menyayangi perbedaan itu, perbedaan di mana rutinitasku tak pernah sama karena harapan yang selalu bertambah.
terima kasih untuk waktu yang selalu berbeda, terima kasih untuk kehidupan yang tak pernah sama, terima kasih untuk mereka yang mengangkatku.
Dedicated to "SOMEONE IN SOMEDAY WHEN SOMEWHERE IS WHOEVER"
1 komentar:
terimakasihnya diterima, terimakasih kembali fadh.. (lol) :D
Posting Komentar