Ngelanjutin postingan sebelumnya, waktu gue lagi mati rasa. Waktu itu hati gue sama sekali gak berekspresi. Statis, diam. Apakah statis dan diam itu gak dinamis? Kalau gak, berarti statis dan diam itu nol. Walaupun hati gue statis dan diam, tapi gue tetep sadar kalo waktu itu gue lagi MATI RASA. Tapi kalo bener statis dan diam itu dinamis, kenapa gak ada perkembangan sama sekali....?
MASIH PUSING.....
Sekarang gue udah sembuh dari MATI RASA. Gue juga sadar, kalo baru saja gue keluar dari penyakit itu. Keluar kandang singa, masuk kandang bapaknya singa. Bukannya jauh lebih nyakitin, tapi justru rada mendingan.
MULAI KELIHATAN KULITNYA
Ini fakta dari opini yang gue keluarin barusan. Sebenernya gue bersyukur ngidap penyakit ini, bad mood. Sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Hal yang paling mendasar adalah gue bisa ngerasain sesuatu, paling enggak, hati gue sedikit beraktivitas, ya...meskipun itu harus ngerasain hal yang gak nyaman. Daripada gak ngerasain apa - apa....
ISINYA NONGOL
Akhirnya gue sampai juga di main venue. Esensi kerja hati mulai tergambar dengan jelas. Bad mood emang lebih baik dari mati rasa. Gue bisa belajar banyak hal dari satu objek ini. Hal-hal apa aja yang bisa ngebuat lo gak nyaman, sehingga terdefinisikanlah bahwa saat itu lo lagi bad mood. Mengkaji bad mood gak hanya nopang dagu, ngeluh sana sini, kemudian nyari suasana baru. Gak perlu langsung beranjak dari bad mood itu, nikmatin aja dulu. Toh, bad mood gak setiap detik datangnya. Menikmati bad mood kayak nikmatin kopi pahit, pahit tapi gurih,gurih karena hati kita sudah mulai bekerja untuk menangkap rasa. Kalau setiap saat pengen good mood, better mood, atau best mood, gak seru, bad mood nya bakal gak kepake dong.
COBA "ANU"
Cobalah untuk menghargai perasaan bad mood. Karena dari bad mood kita bisa belajar bahwa gak sepenuhnya hidup kita itu nyaman, dan betapa harganya kenyamanan itu, lebih dari yang lebih-lebih.
ANU....
ANU.... Gue cuma mau bilang anu, untuk lo yang gak bisa meraba hati, untuk lo yang masih membenci bad mood, untuk lo yang masih dikurung mati rasa, untuk lo yang selalu mengejar yang enak-enak aja, untuk lo yang di otaknya cuma satu pencapaian, yang penting nyaman.
ANU LAGI...
Anu lagi, gue akhirnya bisa bilang anu lagi untuk lo yang masih belum mengerti apa itu anu, bagaimana itu anu, dan kenapa anu menjadi kata ganti untuk sesuatu yang masih ambigu, tidak diketahui, terlupakan. Anu lagi untuk lo yang gak bisa menghargai suasana, situasi, kerja keras waktu, juga kerja keras hati lo.
Anu lagi...
Untuk kita yang serba tidak tahu, selalu mengeluh dengan keadaan, anu melulu untuk kita yang mungkin belum bisa menikmati hidup, karena di otak kita hanya tersimpan satu kata, anu....
Dan, anu ngebuat kita bingung, karena anu jadi persepsi sesuatu yang gak penting, gak mesti ada, padahal harus ada, dan lo butuh keberadaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar