Sabtu, 18 Desember 2010

BAIKLAH

Aku hancur maka tertawakanlah, setelah kau puas maka bangunkan aku. Jamahlah setiap lukaku, hentakkan saja, ludahi saja, jangan beri celah sedikit pun untuk rasa perih yang terlepas.

Ketika kau terbangun dan matamu masih bergerak bias, semalam kau baru saja bermimpi. Mimpimu itu tentang dirimu yang bermimpi bahwa mimpimu untuk indah di mata orang lain hanya mimpi yang hanya bisa diimpikan, kemudian kalau pun diwujudkan, hanya bisa dalam mimpimu.

Suatu sore seorang pemuda yang masih perlu banyak belajar untuk membaca, menulis, kemudian memahami apa itu keindahan, ada dan sedang mengadakan jiwanya di sudut yang pasti menyendiri.

Dia seorang pemuda yang ingin dipandang indah oleh orang lain, ingin sedikit diberikan tepuk tangan oleh orang-orang sekitarnya. Sepanjang hidupnya masih saja sebuah perjalanan teriakan, celaan, tertawaan, tanpa pengakuan, tanpa seorang pun yang mau berdiri menyebutkan namanya.

Sepanjang hidpnya memang hanya hal yang masih biasa. Makannya juga biasa, nasi dan lauk biasa. Minumnya air putih, masih biasa kan? Pakaiannya jeans dan kaos oblong, biasa.......

Tingkah lakunya masih biasa, hidup biasa, mengerjakan pekerjaan yang biasa, mengisi waktu luangnya dengan hal yang biasa, lalu kenapa kalian menertawakannya? Kenapa kalian tidak bertepuk tangan saja untukku? Untuk aku yang sudah berhasil membuat kalian tertawa puas, mengomentari setiap lekuk tubuh lemahku, nasib yang belum sepihak dengan harapanku, kehidupan yang tak seluarbiasa dengan kehidupanmu.

Aku selalu bisa membuatmu terpental-pental karena merasa geli terbahak-bahak. Hari-harimu selalu saja indah karena aku mengisinya sebagai bahan baku candaanmu.
Kenapa tidak memberiku penghargaan sedikit pun? Sedikit saja, setidaknya kau menyebut namaku dengan lengkap. Padahal setiap detikmu aku membuatnya berwarna dengan wajahku yang entah mengapa kau selalu tertawakan. Saat itu yang aku tahu hanyalah mungkin aku pembawa kebahagiaan, dan penerima semua kesedihan. Aku menampungnya, hanya karena aku masih berharap kau menyebutkan namaku dengan lengkap, dan memanggilku "kawan".

Baiklah, saya jadi bahan tertawaan Anda, tidak ada saya, tidak ada yang Anda cela, terus tidak ada yang bisa Anda aniaya, maka kehadiran saya hanya pelengkap bagi Anda, tidak ada apa-apanya, maka izinkan saya mengatakan "Saya Jenuh, I have no privacy. Saya mau menertawai wajah saya dulu, supaya saya bisa tahu berapa kadar keindahan dalam diri saya sehingga kau begitu menertawaknnya.

Tidak ada komentar:

Chat Room Bloofers