Aku menghabiskannya kali ini. Aku bermaksud mengakhiri kelancanganku menuliskan banyak aksara tentangmu. Matar, aku ingin rehat sejenak, rehat dari kebisingan otakku. Untuk hari ini saja, atau untuk sedetik setelah aku berhasil mengakhirinya.
Matar.....aku masih memelihara semua obsesiku, satu per satu obsesi itu sempat usang, namun aku bisa membuatnya kembali berkilau, tak juga terlalu berkilau, karena itu bisa membuatmu silau.
Matar....pertemuan kita selalu berati buatmu, tapi memalukan bagiku, memalukan karena aku tak mampu membuuahkan apa-apa untukmu. Aku tahu kau tak peduli itu. Seperlunya saja, tidak usah berlebihan, tapi kau selalu belebihan, Matar. Meskipun begitu, harus aku akui bahwa kali ini ada satu pengecualian. Ketika orang bijak mengatkan dengan kuantitas yang banyak, "Segala yang berlebihan itu tidak baik." Saat itu terjadi pengecualian untukmu. Semua hal berlebih yang kau berikan tidak pernah menyusahkanku.
Matar...haruskah aku mengumbar identitasmu di sini? Agar semua orang tahu betapa aku mencintaimu. Kecintaanku terhadapmu sebenarnya takdir, takdir yang aku inginkan, berbeda dengan kecintaanku pada yang lain, di mana aku menyamakan semuanya sebagai takdir yang mesti aku lakoni. Kau itu berbeda, Matar.
Matar.....aku tak pernah mengetahui apa yang terdampar di balik langit, juga yang tersirat di dalam kerumunan udara. Saat ini,aku hanya ingin menjadi atom-atom yang mampu mengkuadratkan diri membangunmu menjadi sebentuk yang utuh, kau utuh, seutuh cinta dan kecintaanku. Aku sengaja membedakannya, cinta itu pemberianmu, sementara kecintaan hanya keterbatasan rasa sebagai persembahan kecilku untukmu.
Matar.....aku menitihkan air mata yang tengah mendidih, mengelupaskan bentangan kulitku. Aku membiarkannya terasa pedih sampai bumi mengabaikannya. Sekarang yang menjadi bebanku bukan lagi perkara ketakutan, melainkan perhelatan dunia yang membuatku tidak hanya meninggalkanmu,tapi juga melupakanmu. Aku masih lemah, Matar, maka itulah yang aku pikirkan.
Matar...setidaknya sampai detik ini aku masih mencintaimu, semoga keyakinanku tetap terjaga sampai aku melupakan waktu, atau sampai aku melupakan sesuatu yang senantiasa mengindikasikan.
Matar....selamat, selamat karena kaum mu menjadi idola kaum ku. Matar....kau berbeda, kau tak pernah sama, kau dinamis.
Matar....kau hujan yang kugambarkan.
Matar....terima kasih telah melahirkanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar